Dampak Globalisasi terhadap Ekonomi Indonesia

DEPOKPOS – Globalisasi adalah proses integrasi antarnegara yang mencakup perdagangan, investasi, arus modal, teknologi, dan informasi. Indonesia sebagai negara berkembang tidak terlepas dari arus ini. Globalisasi memberi peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi asing, perdagangan internasional, serta transfer teknologi, namun juga membawa tantangan berupa persaingan global dan ketergantungan pada kondisi eksternal.

Secara positif, globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi 2024 mencapai 5,03%, ditopang oleh investasi asing langsung yang naik menjadi sekitar USD 55,3 miliar. Teori keunggulan komparatif menjelaskan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya alamnya untuk mengekspor produk unggulan seperti kelapa sawit, karet, dan hasil tambang. Selain itu, globalisasi juga mempercepat adopsi teknologi digital di sektor keuangan, manufaktur, hingga pertanian.

Bacaan Lainnya

Namun, dampak negatif globalisasi juga nyata. Ketergantungan pada produk impor membuat beberapa sektor industri dalam negeri sulit berkembang, sementara usaha kecil menengah (UMKM) menghadapi persaingan ketat dengan produk global yang lebih murah. Selain itu, globalisasi dapat memperlebar kesenjangan ekonomi karena manfaatnya lebih banyak dinikmati kelompok berpendapatan tinggi atau yang memiliki akses teknologi. Teori Stolper–Samuelson menggambarkan bahwa liberalisasi perdagangan bisa merugikan faktor produksi yang tidak kompetitif.

Adapun Dampak Negatif Globalisasi terhadap Ekonomi Indonesia:

1. Ketergantungan pada Produk Asing
Banyak masyarakat Indonesia lebih memilih produk impor karena dianggap memiliki kualitas lebih baik. Hal ini dapat mengurangi daya saing produk lokal dan memengaruhi perkembangan industri dalam negeri.

2. Kesenjangan Ekonomi
Globalisasi sering kali lebih menguntungkan kelompok tertentu, terutama mereka yang memiliki modal besar dan akses teknologi. Akibatnya, kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin semakin melebar.

3. Ancaman terhadap UMKM
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menghadapi persaingan ketat dengan produk-produk global yang lebih murah dan variatif. Tanpa dukungan kebijakan pemerintah, banyak UMKM kesulitan bertahan di tengah pasar bebas.

4. Kerentanan terhadap Krisis Global
Perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi kondisi global, seperti fluktuasi harga minyak, krisis keuangan internasional, maupun pandemi. Ketergantungan ini membuat stabilitas ekonomi dalam negeri menjadi rentan.

Di sisi lain, keterhubungan global membuat Indonesia rentan terhadap krisis internasional. Fluktuasi harga minyak, logam, maupun pangan di pasar dunia langsung memengaruhi inflasi dan stabilitas ekonomi domestik. Hal ini menunjukkan pentingnya diversifikasi ekonomi dan penguatan sektor industri dalam negeri agar tidak terlalu bergantung pada ekspor komoditas mentah.

Oleh karena itu, globalisasi perlu dihadapi dengan strategi yang tepat. Pemerintah harus memperkuat hilirisasi industri, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta membangun infrastruktur dan teknologi yang memadai. Dengan kebijakan yang seimbang antara keterbukaan global dan perlindungan nasional, globalisasi dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan sekaligus menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Penulis: Aisyah Gaswati
Mahasiswi IAI SEBI

Pos terkait