Proyek Pemkot Depok Mengurai Kemacetan Akankah Terealisasi?

Oleh: Siti Aisyah, S.Sos., Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Bagi warga Depok, khususnya yang tinggal sekitar Jalan Raya Sawangan, tentunya sudah terbiasa melihat semrawutnya dan kemacetan yang parah, terutama di titik-titik strategis seperti pintu keluar tol, pertigaan Parung Bingung, Tugu Batu, Persimpangan Arco, dan Jalan Raya Muchtar dengan kemacetan memuncak saat akhir pekan dan jam sibuk. Masalah ini juga diperparah oleh penambahan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi pelebaran jalan, serta penumpukan kabel utilitas yang semrawut dan berbahaya di sepanjang jalan.

Bacaan Lainnya

Tentu saja hal tersebut menjadi masalah serius bagi warga Depok karena bisa menghambat aktivitas serta merugikan karena meningkatkan polusi udara, kerugian waktu dan finansial serta masih banyak kerugian lainnya.

Oleh karena itu, untuk mengurai kemacetan di Jalan Raya Sawangan ini, Pemerintah Kota Depok (Pemkot Depok) telah merancang strategi jangka pendek meliputi penebalan petugas di titik macet, penataan trotoar, pemasangan rambu lalu lintas tambahan, penertiban PKL, dan manajemen rekayasa lalu lintas. Untuk jangka panjang, strategi yang sedang disiapkan dan direncanakan adalah pembangunan infrastruktur seperti flyover di Jalan Margonda, pelebaran jalan di beberapa ruas, pembangunan jalan tembus, dan pengembangan sistem transportasi publik berbasis rel untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan meningkatkan mobilitas warga (berita.depok.go.id, 30/6/2025).

Untuk tahap awal, Pemkot Depok telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 80 miliar untuk mendanai pembebasan lahan sebagai tahap awal pelebaran sejumlah ruas jalan di sekitar Jalan Raya Sawangan. Proyek ini akan dilaksanakan mulai 2026 (KOMPAS.com, 25/6/2025).

Masih dilaman yang sama, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok, Teguh Iswahyudi, menegaskan, proyek pelebaran jalan akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, tiga titik yang akan menjadi fokus yakni Simpang Parung Bingung, Jalan Pemuda, dan Jalan Enggram. Ketiganya selama ini dikenal sebagai titik kemacetan utama di wilayah selatan Depok. Setelah itu akan dilakukan pelebaran lanjutan untuk dua titik lain, yakni Simpang Arco Keadilan dan Simpang Tugu Batu, yang merupakan dua kawasan yang turut berkontribusi terhadap kepadatan lalu lintas di koridor Jalan Raya Sawangan dan Jalan Raya Muchtar.

Namun, langkah Pemkot Depok baik strategi jangka pendek maupun jangka panjang merupakan bentuk responsivitas terhadap masalah rakyat seiring dengan upayanya memenuhi janji politiknya dan kerja pemerintah sebelum menjabat. Pasalnya Paslon yang sekarang sudah resmi menjabat di Pemkot Depok, mempunyai 20 janji kampanye yang salah satunya yakni penataan jalan dan penanganan kemacetan terintegrasi. Tentunya janji itu adalah utang yang harus ditunaikan.

Namun, jika melihat rekam jejak para pejabat pemerintahan sebelumnya, jika program kerja pemerintah itu untuk memenuhi janji kampanyenya, maka kebijakan yang dibuat terlihat seakan minim ketulusan dalam menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. Pasalnya, banyak proyek yang mangkrak karena pejabat yang bersangkutan sudah tidak menjabat lagi. Apalagi masa jabatan pemerintah daerah sekitar 5 tahun, dan bisa diperpanjang sekali.

Oleh karena itu, ketika pejabat itu sudah tidak menjabat lagi, kemungkinan proyeknya akan mangkrak. Salah satu proyek yang mangkrak di Kota Depok yakni seperti Proyek Terminal Terpadu Margonda mangkrak sekitar 10 tahun, proyek Metro Starter yang mangkrak sekitar 17 tahun. Nah, inilah yang ditakutkan, karena mangkrakya sejumlah proyek tentu saja merugikan negara akan berimbas juga kepada rakyat. Maka, proyek Pemkot Kota Depok untuk mengurai kemacetan apakah akan terealisasi? Entahlah.[]

Pos terkait